Pembahasan Silogisme bag. 4– Masuk
ke pembahasan terakhir ^_^, Untuk pembahasan terakhir akan saya tuntaskan
keseluruhannya, yang akan kita bahas nanti adalah silogisme hipotetik,
silogisme disjungtif, dan dilema. Langsung aja deh sobat, cekidot yaa..
b. Silogisme hipotetik
Silogisme hipotetik adalah pernyataan yang premis mayornya berupa
proposisi hipotetik, tapi untuk premis minornya adalah proposisi
kategorik yang menetapkan atau mengingkari term antecedent atau term konklusi premis mayornya. Silogisme hipotetik terdiri dari 4 jenis, yaitu:
1. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
Jika lapar, saya makan nasi.
Sekarang saya lapar.
Jadi, saya makan nasi.
2. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuensinya.
Contoh:
Jika saya makan maka kenyang.
Saya kenyang.
Jadi, saya sudah makan.
3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
Jika Adi berolahraga, maka badannya akan sehat.
Adi tidak berolahraga.
Jadi, badannya tidak akan sehat.
4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuensinya.
Contoh:
Jika siswa protes, maka kepala sekolah akan terdesak.
Kepala sekolah tidak terdesak.
Jadi, siswa tidak protes.
Hukum-hukum Silogisme Hipotetik
Bila antecedent = A
Konsekuen = B, maka hukum silogisme hipotetik adalah:
1. Bila A terlaksana, maka B Terlaksana
(Benar)
2. Bila A tidak terlaksana, maka B tidak terlaksana
(Salah)
3. Bila B terlaksana, maka A terlaksana
(Salah)
4. Bila B tidak terlaksana, maka A tidak terlaksana
(Benar)
c. Silogisjne disjungtif
Silogisme disjungtif merupakan silogisme yang premis mayornya
keputusan disjungtif, sedangkan premis minornya keputusan kategorik yang
mengingkari atau mengesahkan salah satu alternatif yang disebut oleh
premis mayor.
1. Silogisme disjungtif sempit; premisnya mempunyai alternatif kontradiktif.
Contoh:
Adi pergi atau datang.
Ternyata Adi pergi.
Jadi, Adi tidak datang.
2. Silogisme disjungtif luas; premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif.
Contoh:
Nety kuliah di UI atau IPB
Ternyata tidak kuliah di UI.
Jadi, kuliah di IPB.
Hukum-hukum Silogisme Disjungtif
1. Silogisme disjungtif dalam arti sempit, konklusinya atau
kesimpulannya yang dihasilkan nanti akan selalu bernilai benar, jika
prosedur penyimpulannya valid.
Contoh:
Adi berlari atau tidak berlari.
Ternyata Adi berlari.
Jadi, Adi bukan tidak berlari.
2. Silogisme disjungtif dalam artian luas, kebenaran untuk konklusinya adalah :
* Jika premis minornya mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar).
Contoh:
Magdalena menjadi pramugari atau peneliti.
la adalah pramugari.
Jadi, ia bukan peneliti.
* Jika premis minornya mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah).
Contoh:
Mary berambut pirang atau hitam.
Ternyata tidak berambut hitam.
Jadi, ia berambut pirang. (Bisa jadi ia berambut tidak pirang)
d. Dilema
Dilema adalah argumentasi yang bentuknya merupakan campuran
antara silogisme hipotetik dan silogisme disjungtif. Kenapa demikian?
Karena premis mayornya terdiri dari dua proposisi hipotetik dan premis
minornya satu proposisi disjungtif, tetapi bisa proposisi kategorik.
Konklusi yang diambil selalu tidak menyenangkan.
Contoh:
Jika engkau makan, ayahmu mati.
Jika engkau tidak makan, ibumu mati.
Dimakan ataupun tidak dimakan, salah satu orangtuamu pasti mati.
Dilema dalam arti luas adalah situasi (bukan argumentasi) di mana kita
memilih dua alternatif yang kedua-duanya memiliki konsekuensi yang tidak
diinginkan sehingga sulit menentukan pilihan.
Wednesday, April 23, 2014
Pembahasan Silogisme bagian 4
9:38 PM
No comments
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment